Ucapan Terima Kasih


UCAPAN terima kasih kusampaikan kepada Andya Primanda, Kinu Triatmojo, Ayu Prameswary, Winna Efendi, Sefryana Khairil, Malia Hartati, Andita Primanti, David Ezra, Laras Bening, Purbasari, Hara Hope, Dadan Erlangga, Hanny Kusumawati, Heidy Koesnaeni, Anjar Titisari, I.B.G. Wiraga, Oktiva Pajarini dan Rizki, Komunitas Penulis KEMUDIAN, Gunawan Maryanto, A.S. Laksana, Yusi Pareanom, keluarga tercinta, dan terutama untuk Christian Simamora serta Resita Febiratri di Gagasmedia.

Read More...

(Karakter) Erod


Erod Matin

Sosok yang menemukan bakat besar Faye adalah Erod Matin, fotografer pemilik salah satu studio foto ternama di Asia. Mereka bertemu di New York, pada sebuah pameran foto karya fotografer-fotografer amatir. Saat itu Faye belum menyelesaikan kuliahnya. Begitu Faye kembali ke Indonesia, Erod tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia segera mengajak Faye bergabung dengan studionya.

Erod tidak suka basa-basi dan seringkali mengeluarkan komentar-komentar bernada sindiran yang diucapkan dengan datar. Sikapnya tidak bersahabat dan untuk seorang lelaki, Erod sangat cerewet.

Tokoh ini terinspirasi dari teman saya, seorang editor yang berlidah tajam. Tapi jangan salah, dia tidak mencela orang karena masalah pribadi. Dia berstandar tinggi dan sangat jujur. Itu saja.

Read More...

(Karakter) Rei


Rei Adnan

Sepupu jauh Diyan ini memiliki sedikit saham perusahaan keluarga Adnan, maka Rei bekerja sebagai asisten Diyan. Ia cekatan, cermat, dan penuh pertimbangan. Ia mengurus hampir semua urusan Diyan; mencatat banyak hal, membuat jadwal kegiatan, dan mengingatkan Diyan mengenai jadwal tersebut. Ke mana pun Diyan pergi, Rei selalu mengikuti.

Rei tidak pernah memihak, tetapi ia akan memperingati Diyan jika sepupunya itu mengambil keputusan yang salah. Ia berani berkata terus terang tanpa peduli bahwa ucapannya mungkin akan menyakiti perasaan orang lain. Sayangnya, Diyan sering tidak mendengarkan omelannya itu dan Rei terpaksa repot saat keadaan sudah runyam karena ia harus membereskan masalah yang dibuat oleh Diyan.

Read More...

(Karakter) Rera


Rera

Mawar dan kayu ciphre. Seperti itulah Rera, mantan kekasih Diyan. Cantik, cerdas, dan mandiri. Ia adalah gadis Indonesia peranakan Prancis yang lama hidup di Paris sejak orang tuanya berpisah. Ia dibesarkan di dunia fashion dan kini menjadi salah satu top model Asia yang dikontrak oleh sejumlah brand ternama.

Pembawaan Rera begitu tenang, tegas dan dingin. Ia terbiasa hidup sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi gadis yang sangat egois. Kata-katanya begitu berani, bahkan cenderung bernada sinis. Karena itu, tidak semua laki-laki berani berurusan dengannya.

Tapi Rera bukan tipe gadis yang cengeng karena kesepian. Ia memilih untuk membatasi kehidupan sosialnya dan ia menikmati itu. Mungkin, tokoh ini lahir dari salah satu alter ego saya yang bermimpi hidup menyepi di sebuah unit apartemen yang jauh dari jangkauan keluarga atau kenalan, hanya ditemani seekor kucing, dan tidak perlu pusing bersosialisasi.

Secara pribadi, saya sangat menyukai hubungan antara Diyan dan Rera. Konflik cinta mereka terinspirasi dari Nana dan Ren dalam komik Nana karya Ai Yazawa. Menarik rasanya, memperlihatkan hubungan dua orang berambisi besar yang sesungguhnya saling mencintai tapi terlalu egois untuk berkorban.

Read More...

(Karakter) Zaki


Zaki Adnan

Zaki adalah adik Diyan yang memiliki perbedaan usia dua tahun. Berbeda dengan Diyan, Zaki tidak tertarik untuk meneruskan bisnis keluarga. Ia lebih menyukai seni dan mengambil kuliah advertising di DELF tanpa izin keluarga. Bentrok dengan orang tuanya mengenai masalah visi, ia keluar dari rumah dan memutuskan untuk hidup sendiri.

Ia tipe pemuda yang selalu berterus terang dan tidak suka menyembunyikan perasaan, berpura-pura apalagi berbasa-basi. Zaki juga keras kepala dan seringkali tidak bisa diajak kompromi, dengan emosi yang mudah meledak-ledak.

Bersama ketiga temannya, Zaki merintis perusahaan periklanan. Ambisinya yang paling besar adalah menunjukkan pada keluarganya bahwa ia bisa sukses lewat jalan yang ia pilih sendiri, tanpa sedikitpun bantuan dari kekuatan keluarga besar Adnan.

Dunia Zaki sangat mirip dengan keseharian saya (saya seorang arsitek). Sosoknya dan teman-temannya seperti saya dan teman-teman saya. Kami kerap berkumpul di salah satu kafe di Cilandak Town Square. Memesan satu atau dua cangkir kopi agar bisa ngobrol santai berjam-jam sambil memandangi laptop. Dan baru pergi setelah salah seorang pelayan menyodorkan bill.

Read More...

Blogger Templates by Blog Forum